Masa Depan Teknologi Pendidikan di Indonesia
Teknologi Pembelajaran merupakan suatu bidang studi terapan yang awalnya timbul dengan mensistensiskan berbagai teori dan konsep dari berbagai disiplin ilmu, ke dalam suatu usaha terpadu untuk memecahkan masalah belajar yang tidak terpecahkan denga pendekatan yang telah ada sebelumnya. Setiap bidang studi akan dapat berkembang bilamana didukung oleh penelitian yang dilakukan secara terus menerus. Penelitian dalam bidang studi teknologi pembelajaran tidak terlepas dari:
1. Falsafah dan landasan ilmiah yang telah menunjang keberadaannya seperti yang diungkapkan Robert Morgan (1978) bahwa terdapat 3 (tiga) disiplin utama yang menjadi dasar teknologi pembelajaran yaitu ilmu prilaku, ilmu komunikasi dan ilmu manajemen, sedangkan pendapat Donald P.Ely (1983) Teknologi Pembelajaran meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi sesuatu prinsip, prosedur serta ketrampilan. Disiplin yang memberi kontribusi adalah: Basic Contributing Discipline (komunikasi, psikologi, evaluasi dan manajemen) dan Related Contributing Fields (psikologi persepsi, psikologi kognisi, media, system dan penilaian kebutuhan).
2. Unsur-unsur dasar yang membentuknya, ini seperti dalam AECT (1994) terdiri dari kawasan Teknologi Pembelajaran yang terdiri dari Fungsi manajemen pembelajaran, Fungsi pengembangan pembelajaran dan Sumber belajar.
3. Arah perkembangan dan kegunaannya, Paul Harmon (1982) berpendapat bahwa Teknologi Instruksional berawal dari praktek pendidikan yang mendapat masukan dari psikologi perilaku dengan pembelajaran terprogramnya, psikologi kognitif, teknologi permesinan, teknologi audio visual dan teknologi komputer sehingga berkembang kea rah rekayasa kinerja (performance engineering) dalam bidang usaha, system pendidikan di sekolah dan luar sekolah, kemiliteran dan pembelajaran berbatuan komputer. Pendapat lain dari Kent R.Wood, Don C.Smillie dan Michael de Bloois (1990) mengatakan bahwa pada awalnya ilmu perpustakaan yang bersinggungan denan ilmu informasi berkembang menjadi bidang komunikasi audio-visual dan kemudian berkembang menjadi bidang media instruksional, bidang ini bersinggungan dengan pengembangan kurikulum. Glenn Snelbecker (1974) mengatakan bahwa kurikulum berkepentingan dengan pertanyaan “What” dan “Why” atau isi dan tujuan pendidik sedang teknologi pendidikan berkepentingan dengan “How”atau cara bagaimana tujuan pendidikan yang dicapai.
Yang paling esensial dari penjelasan tersebut adalah bahwa perkembangan arah penelitian teknologi pembelajaran berlangsung dengan fase-fase yang mempersoalkan tentang: apa ada hasilnya?, seberapa besar hasilnya?, bagaimana kondisi dalam memperoleh hasil? siapa yang akan memperoleh manfaat nya? dan secara komprehensif pebelajar dengan kondisi yang bagaimana dapat memperoleh manfaat yang maksimal (dalam kondisi tertentu).
Barangkali dua puluh tahun yang lalu sulit dibayangkan bahwa jaringan komputer sangat berpengaruh dalam bidang rancangan pembelajaran dan teknologi (IDT) dan masyarakat secara keseluruhan. Penelitian membangun sebuah lekukan mouse yang lebih baik, dibantu dengan munculnya teknologi yang secara bekelanjutan membuat segalanya menjadi lebih cepat, lebih kecil, lebih cerdas dan pendistirbusian. Prediksi di masa depan terhadap bidang rancangan pembelajaran dan teknologi dalam perubahan teknologi yang abu-abu ini adalah suatu perubahan keras yang bagus. Dalam bahasan ini akan ditinjau sebuah srektrum dari munculnya teknologi, untuk memilih hal tersebut harus memiliki dampak pertumbuhan sebagai bidang rancangan pembelajaran dan teknologi dalam kemampuan melihat ke depan. Walaupun dari ruang lingkup yang terbatas, dihadirkan fakta yang menyebabkan perubahan arus paradigma sebuah teknologi yang sedang berlangsung. Juga mendeskripsikan isu yang menyusul sebuah komunitas penelitian yang menggabungkan pengembangan ranah yang berhubungan dengan kognitif dan neuroscience.
Seperti dalam kebanyakan profesi, alat yang lebih baik menghasilkan produk yang lebih baik pula. Ini juga berlaku dalam rancangan sistem pembelajaran. Lima belas tahun terakhir disaksikanlah pengembangan dan peningkatan berbasis program komputer yang canggih secara terus-menerus yang telah merevolusi cara pembelajaran dikembangkan dan diimplementasikan. Menerapkan banyak media yang bervariasi dalam lingkungan pembelajaran bisa dilakukan dengan mudah. Tentu saja fungsi manajemen individu dan kelompok bisa menerapkannya secara cepat dan dengan cara yang efisien sebagai penilaian yang canggih, umpan balik, dan kemampuan bercabang. Semua tidak pernah mudah untuk dirancang, dikembangkan, dan diterapkan sebagai sumber daya pembelajaran yang efektif. Komponen inti belum efektif dikembangkan sebagai sistem pembelajaran untuk dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum proses pengembangan dimulai, mencakup analisis kebutuhan, analisis tugas dan keterampilan, kesesuaian tuntutan belajar untuk teknologi pembelajaran dan lain sebagainya. Peralatan teknologi secara terus menerus selalu ditingkatkan untuk meratakan perbaikan bagaimana alat pembelajaran dikembangkan dan diterapkan. Hal tersebut seperti keharusan dari seluruh teori pembelajaran bagaimana proses perancangan dan pengembangan, namun hal itu tersebut secara keseluruhan merupakan prestasi hasil belajar tingkat tinggi.
Belajar dengan cara menyenangkan bagi pembelajar, banyak kurang mendapatkan perhatian tenaga pendidik, sebagian besar tenaga pendidik mengajar dengan ceramah dan menjejali pebelajar dengan materi demi memenuhi target kurikulum. Sebenarnya kita sebenarnya telah melakukan inovasi-inovasi telah dikembangkan dan disebarluaskan, kita dapat berbangga hati karena telah melakukannya, akan tetapi kita tidak terlalu berbangga hati dan sibuk dengan kegiatan diri sendiri tanpa melihat disekeliling kita bagaimana Negara-negara tetangga menyiasati tantangan masa depan untuk membawa bangsanya pada persaingan global ? tentunya bangsa Indonesia juga akan terkait dengan masalah tersebut. Indonesia adalah Negara terbesar di Asia Tenggara, tentunya semakin rumit masalah yang akan dihadapi dimasa mendatang.
Dua masalah pokok yang umum dihadapi oleh setiap Negara yaitu peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar. Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak Negara dengan mengagendakan reformasi pendidikan sebagai agenda pembangunan untuk mengatasi masalah tersebut. Pendayagunaan Teknologi Pendidikan (Educational Technology)atau apapun namanya banyak versi yang telah dikembangkan oleh Negara-negara tersebut seperti Teknologi untuk Pendidikan (Technology for Educational), Teknologi Informasi (Information Technologi/IT) atau Teknologi Komunikasi dan Informasi (Information and Comunication Technology / ICT) telah diyakini sebagai salah satu cara strategis untuk mengatasi masalah tersebut.
Melirik sisi masa depan pendidikan dewasa ini tentu tak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi merupakan wadah yang akan bergelut aktif bersama pendidikan. Teknologi sebagai proses maupun hasil dari daya pikir manusia akan kembali dimanfaatkan oleh manusia untuk kembali menemukan penemuan-penemuan maupun teknologi baru yang bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Pendidikan dalam proses pelaksanaannya memerlukan peserta didik. Peserta didik inilah yang berupaya melakukan transformasi kepribadian guna mencapai kemampuan baru pasca didik. Akan tetapi, apakah peserta didik mampu memanfaatkan teknologi secara positif pada pendidikan mereka? Pertanyaan tersebut akan terjawab pasca peserta didik melewati fase didik tertentu dari proses pendidikan yang sedang dilaluinya.
Banyak masyarakat yakin bahwa teknologi sangat membantu proses pendidikan. Teknologi diyakini dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan menarik bagi peserta didik. Namun, ada pertanyaan lain yang mengikuti, apakah peserta didik benar-benar memanfaatkan teknologi bagi pendidikan mereka ? pertanyaan-pertanyaan ini tak lain adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap nasib pendidikan anak-anak mereka.
Melihat berbagai kasus penyalahgunaan teknologi, tentu sebagian masyarakat berhak khawatir bahwa teknologi justru mengancam masa depan peserta didik. Banyaknya kasus-kasus kriminal yang melibatkan remaja yang dipengaruhi oleh penyalahgunaan teknologi adalah permasalahan serius yang mendesak untuk ditanggapi. Namun, kita juga harus pandai bersikap dalam hal ini, remaja, periode dimana mereka sedang mencari jati diri dan masa dimana mereka pula sedang mencari pengakuan bagi hidup mereka. Tentu dengan berbagai kasus yang terjadi, kita tidak bisa serta-merta hanya menyalahkan mereka. Melainkan dikarnakan juga kita yang belum berhasil mengarahkan mereka untuk memanfaatkan teknologi ke ranah positif. Di samping pula remaja harus sadar bahwa apa yang sedang mereka kerjakan akan memengaruhi dan kembali berdampak bagi kehidupan diri mereka sendiri.
Maka sudah sewajarnya kita menciptakan suatu lingkungan teknologi yang mampu berafiliasi positif bersama pendidikan. Lingkungan yang mampu merubah paradigma maupun sentimen negatif terhadap teknologi sehingga teknologi dapat diterima dengan cara pikir positif. Ada begitu banyak cara yang sering kita dengar di media, buku maupun seminar-seminar guna menciptakan suasana pendidikan yang maju dan bermartabat. Serta kita tidak pula lupa untuk menjembatani peserta didik agar merekalah yang berupaya menciptakan sendiri teknologi yang mampu berkontribusi secara positif dan inovatif bagi pendidikan saat ini maupun pendidikan masa depan.
Revolusi informasi telah mengubah sistem komunikasi dunia dewasa ini, sebaran jaringan informasi yang tersimpan dalam internet membuktikan bahwa kini dunia kian sempit, tidak ada lagi batas-batas geografis yang menghalangi kita untuk berinteraksi dengan dunia global. Akses ke dunia global pun menjadi sangat mudah, efisien, dan fleksibel. Kemudahan itu merupakan salah satu manfaat yang didapatkan dari globalisasi yang melibatkan integrasi di berbagai bidang di antarannya pendidikan dan teknologi. Sumbangsih pemikiran dari dunia pendidikan telah melahirkan modernisasi di segala bidang kehidupan masyarakat dunia saat ini. Berhubungan dengan hal itu, kehadiran teknologi telah meningkatkan kualitas dan keampuhan pendidikan itu sendiri. sebagaimana empat pilar pendidikan yang di cetuskan oleh Unesco antara lain learning to know,learning to do,learning to be, dan learning together. Imbas globalisasi yang merasuki segala lini kehidupan bangsa di seluruh dunia telah melahirkan berbagai pandangan berperspektif baru. Sebagai contoh, apabila pada masa sebelum ini atau era perang dingin, perspektif dunia adalah pemihakan blok, Blok barat atau Blok timur, maka perspektif dunia pada era globalisasi adalah integrasi; dan sistem dunia pun dilambangkan dengan World Wide Web (WWW), yang mudah dijumpai di dalam penulisan alamat situs internet. Arus globalisasi telah memunculkan perspektif baru pendidikan. Strategi pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional kini berubah ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Pendidikan di masa depan akan lebih dioptimalkan oleh jaringan informasi yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi. Pemanfaatan jaringan informasi sudah terbukti keutamaan serta benefitnya bagi masyarakat. Dengan demikian, masuknya pengaruh globalisasi telah mengubah pendidikan kita sehingga lebih bersifat jejaring, terbuka dan interaktif, beragam, multidisiplin, serta berorientasi produktivitas kerja “saat itu juga” just on time dan kompetitif.
Ø Perkembangan Pendidikan Masa Depan
Kecenderungan pendidikan Indonesia di masa mendatang adalah makin berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus pembelajaran jarak jauh (distance learning). Saat ini distance learning masih dibatasi untuk universitas terbuka (UT). Oleh karena itu, izin penyelenggaraan pendidikan jarak jauh perlu diubah supaya kerja sama internasional dan pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan oleh semua institusi yang berdedikasi. Penyelenggaraan pendidikan terbuka jarak jauh perlu dijadikan sebagai salah satu strategi penting yang Implementasinya dapat dilakukan bersama antar lembaga pendidikan dalam sebuah jaringan. Perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi dari pada rak buku. Kemudian, tahapan pengenalan teknologi informasi ke daerah dilakukan dengan pola cross subsidi (subsidi silang). Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif seperti CD room, multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan tv dan video. Yang lebih menarik lagi, dengan adanya teknologi informasi dan internet, ilmu pengetahuan tidak lagi terpusat pada bangku sekolah formal. Seseorang akan dengan mudah memperoleh pengetahuan dari mana saja. Hal ini merupakan tantangan terakhir bagi dunia pendidikan formal.
Dengan demikian dalam dunia pendidikan di masa mendatang akan terjadi beberapa perubahan paradigma mendasar, khususnya yang disebabkan oleh aplikasi teknologi informasi yang menpercepat transfer ilmu pengetahuan. Pergeseran paradigma tersebut di antarannya adalah:
1. Distributed knowledge (pengetahuan yang terdistribusi), yang berarti bahwa nantinya pengetahuan tidak lagi terpusat di lembaga pendidikan formal akan tetapi terdistribusi di segala penjuru dunia, dan sangat kondusif untuk long life learning(pembelajaran sepanjang hidup ). Oleh karena itu, batasan usia tidak akan menjadi kendala lagi untuk belajar formal, masyarakat tidak akan menilai seseorang dari ijazah yang dimilikinya. Performance dan kemampuan profesional akan menentukan karir seseorang.
2. Resource sharing (berbagi sumber). Penjelasan untuk hal ini mencakup kemampuan untuk memproduksi informasi dan pengetahuan serta melakukan resource sharing yang bertumpu pada teknologi informasi, yang pada akhirnya akan sangat menguntungkan produsen pengetahuan dan masyarakat pada umumnya.
3. Collective wisdom (kebijaksanaan kolektif). Dalam hal ini, guru tidak memiliki jawaban untuk segala hal. Guru menjadi mediator, dalam kelompok menjadi penting dalam membangun pengetahuan. Oleh karena itu, learning based (pembelajaran) lebih menonjol dari pada teaching based (pengajaran).
4. Training for trainer (pelatihan) menjadi sangat penting sekali untuk tetap menjaga kemampuan dosen sebagai mediator dalam ketiga proses utama yang di emban dalam dunia pendidikan (tridharma perguruan tinggi), yaitu : pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
5. Masyarakat dan dunia professional yang akhirnya akan memberikan penilaian (audit dan akreditasi) terhadap kemampuan seseorang. Oleh karena itu, ijazah sekolah belum tentu menjamin kemampuan seseorang.
6. Proses transformasi budaya. Budaya yang lemah dan pasif akan dipengaruhi oleh budaya yang kuat dan agresif, kebiasaan membaca yang tinggi, kemampuan menyerap ilmu dan pengetahuan yang banyak dan cepat, terbukanya berbagai inovasi, bahkan selalu berusaha mencari hal-hal baru, pandangan hidup yang berdimensi lokal, nasional dan universal, mampu memprediksi dan merencanakan masa depan, teknologi yang senantiasa berkembang dan digunakan.
Ø Potensi Teknologi Pendidikan
Teknologi Pendidikan mengandung komponen-komponen Teori dan Praktek dalam Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian Proses dan Sumber untuk Belajar dapat bersinergi dengan berbagai bidang. Dengan demikian Teknologi Pendidikan tentunya banyak berkiprah secara luas untuk memajukan system pendidikan di Indonesia melalui potensi-potensinya. Secara umum potensi-potensi Teknologi Pendidikan (Ely, 1979)
· Meningkatkan produktivitas pendidikan dengan jalan: mempercepat tahap belajar (rate of learning), membantu guru untuk menggunakan waktu secara baik dan mengurang beban guru dalam menyajikan materi, sehingga akan dapat banyak membina dan mengembangkan kegairahan pebelajar.
· Memberi kemungkinan pembelajaran lebih bersifat individual dengan jalan: mengurangi control guru dan member kesempatan pebelajar berkembang sesuai dengan kemampuannya.
· Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan: perencanaan program pembelajaran yang sistematis dan pengembangan bahan yang dilandasi penelitian perilaku.
· Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan: meningkatkan kapabilitas manusia dengan berbagain media komunikasi dan penyajian informasi dan data lebih kongkrit.
· Memungkinkan belajar secara seketika (immediacy of learning), karena hal ini dapat mengurangi jurang pemisah antara pembelajaran di dalam dan diluar kelas juga memberi pengetahuan langsung.
· Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih luas, terutama adanya Media massa dengan jalan: pemanfaatan bersama (secara lebih luas) tenaga atau kejadian-kejadian langka serta penyajian informasi menembus batas geografi
Ø Tiga Pengaruh Munculnya Teknologi Pembelajaran
Tiga pengaruh teknologi yang dipercaya akan menghasilkan kontribusi yang menonjol di bidang perluasan/penyebaran terutama penyaluran objek lingkungan pembelajaran, menggunakan buatan aplikasi cerdas, dan efek dikembangkanya ilmu kognitif dan neurosains.
1. Belajar Berorientasi Objek yang Terdistribusi Lingkungan
Pemrograman berorientasi obyek saat ini memiliki peran yang dominan dalam membimbing pengembangan aplikasi perangkat lunak di masa depan, termasuk pada perancangan dan penyampain pembelajaran. Diantara manfaat utama menggunakan bahasa pemrograman berorientasi obyek ini yaitu kemampuan untuk memisahkan fungsi pemrograman dari elemen data yang saling terkait. Pemisahan ini, berkaitan dengan lapisan hirarki atribut fungsional, dimana memungkinkan programmer untuk lebih mudah menggunakan kembali kode pemrograman dan mengurangi waktu dan sumber daya yang dibutuhkan saat verifikasi dan validasi perangkat lunak (yaitu, debugging). Pemrograman berorientasi obyek sudah sangat banyak digunakan untuk mengembangkan aplikasi Internet karena integrasi potensial antara HTML dan XML. Pada bahasa pemrograman berorientasi objek, unsur-unsur program saling berkaitan dan tidak bersifat statis atau kaku dalam secara konseptual dan praktek, pengertian objek terkait adalah menciptakan revolusi dalam pembelajaran dengan cara dirancang, dikembangkan, dan disampaikan.
Dari perspektif penelitian pendidikan. meta-data tag akan memungkinkan bidang desain pembelajaran dan teknologi berbasis mengembangkan teoritis, divalidasi empiris prinsip-prinsip desain sumbe daya pada tingkat spesifisitas yang belum terbayangkan. Misalnya, dengan mengumpulkan data di seluruh platform berbagai pembelajaran dan daerah informasi konten, maka akan mungkin untuk menentukan fitur pembelajaran apa (misalnya jenis media, tingkat interaktivitas) berinteraksi dengan gaya belajar tertentu atau preferensi untuk memproduksi atas rata-rata keuntungan dalam belajar dan transfer pengetahuan. Kunci untuk membuat ini menjadi kenyataan adalah untuk membangun penelitian-pelaporan pedoman untuk memastikan bahwa hasil studi individu dapat diintegrasikan dalam tubuh yang lebih besar dari pengetahuan dan yang mendukung analisis menggunakan meta-analisis atau prosedur review yang berguna baik kuantitatif dan kualitatif (Hays. Jacobs .. Pangeran & Sala_s 1992:. Johnston, 1995).
2. Penerapan kecerdasan buatan
Sistem pembelajaran masa depan akan mampu menampilkan sejumlah kegiatan tingkat tinggi yang terlibat dalam memantau dan mengatur lingkungan pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok.
1. Pada tingkat individu, sistem pembelajaran masa depan mendiagnosa kebutuhan belajar, bakat belajar dan gaya pengembangan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pra diidentifikasi dan bakat; modivikasi tingkat dan jenis umpan balik dan strategi pembelajaran berdasarkan respon peserta didik dan kemajuan; dan menerapkan pedoman praktek terbaik yang didasarkan paa penemuan terbaru dalam penelitian saat ini.
2. Pada tingkat kelompok, sistem pembelajaran di masa yang akan datang akan memantau dan mengalokasikan sumber daya pembelajaran, mengumpulkan dan menganalisa data seluruh individu, tugas-tugas dan peraturan; menghasilkan pelajaran, pedoman praktik terbaik dan sejenisnya yang akan digunakan oleh perencanaan pembelajaran dan peneliti dan praktek teknologi. Fungsi tingkat ini tinggi dapat dicapai hanya dengan mengintegrasikan beberapa bentuk kecerdasan buatan (AI) dalam komponen manajemen kursus arsitektur sistem pembelajaran. Peneliti Al telah menggunakan beberapa pendekatan untuk menanamkan dengan kecerdasan komputer “(Gardner, 1985; Pew & Mavor, 1998). Apa yang berikut adalah deskripsi singkat dari dua pendekatan instruksional dasar yang kami percaya akan mengintegrasikan fungsi Al dan dengan demikian membuka pemandangan baru dalam pengembangan sistem pembelajaran masa depan.
3. Ilmu kognitif dan penyebaran neurosains
Kemajuan di bidang terkait dari kognitif sains dan ilmu saraf didasarkan pada kemampuan peneliti untuk memantau aktivitas elektrokimia dalam otak, dan untuk lebih akurat sesuai dengan struktur otak dan aktivitas saraf terkait untuk tindakan nyata seperti perilaku psikomotor, mengingat informasi dan pengambilan keputusan. Perbaikan teknologi di bidang ini terus meningkat terhadap presisi aktifitas saraf yang dapat dipantau kemungkinan inovasinya, mencakup kemampuan untuk mempengaruhi aktivitas otak yang mempengaruhi belajar dan inovasi ini akan dimasukkan ke dalam sistem pembelajaran yang canggih.
Komentar
Posting Komentar