Meninjau Dampak Pendidikan Secara Umum
Kita sering kagum akan hasil pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal, baik klasikal maupun individual, baik secara kurikuler maupun autodidak, banyak muncul nama-nama besar, mereka berhasil dalam pengabdian di bidang ilmunya, juga menjadi orang yang berjasa bagi negara kita, antara lain : K.H. Agus Salim, Jenderal Sudirman, Ir. Soekarno, Prof DR. Hamka, Prof DR. Habibi, dan lain-lain.
Setiap orang ingin mempunyai anak, adik, saudara, yang sepandai dan sehebat beliau-beliau, tentu pendidikannya tidak cukup satu hari, perlu waktu yang cukup lama, maka pendidikan adalah investasi jangka panjang yang cukup mahal. Pada negara miskin yang income perkapitanya rendah, rakyat tidak akan mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka. Pihak pemerintah harus berusaha keras untuk memajukan pendidikan, sebab tanpa pendidikan yang memadai, negara ini tidak akan menjadi negara yang maju. Masalah lain, mutu pendidikan tidak hanya menjadi isu dalam wacana internasional, tapi juga telah menjadi lahan bisnis, sehingga kelompok orang kaya berlomba menyekolahkan anaknya ke luar negeri yang mutunya dianggap lebih tinggi dari dalam negeri.
Pembahasan berikut ini, hanya mengenai pendidikan secara umum ditinjau dari kepentingan masyarakat, yang meliputi : 1) Pendidikan formal dan informal; 2) Lingkungan pendidikan; 3) Keteladanan dan 4) Pengaruh pendidikan masa kecil; serta dampaknya, baik positif maupun negatif, sebagai berikut :
I. PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL
A. Dampak positifnya:
1. Dampak positif bagi alumni : Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil serta menjadi lulusan siap kerja dan siap berprestasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Dampak positif bagi masyarakat : Kepandaian dan keterampilan para alumni yang bekerja keras mengamalkan ilmunya, ditambah dengan hasil penelitian dan penemuan-penemuan ilmiah, mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat, masyarakat merasa diuntungkan olehnya, dan masyarakat membanggakannya dengan rasa senang.
B. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi alumni : Alumni yang mendapat pekerjaan dan karir, yang karena keberhasilannya, dapat mencapai jabatan yang lebih tinggi dari gurunya, berakibat tidak lagi menghargai/ menghormati gurunya, atau bahkan menjadi bersikap sombong, angkuh dan menganggap remeh semua orang disekitarnya. (mudah-mudahan tidak semua alumni demikian)
2. Dampak negatif bagi masyarakat : Masyarakat memberikan praduga berlebihan pada kemampuan alumni, umpama alumni hanya belajar A, B, C. baru sampai C tapi masyarakat menduga kemampuannya sudah sampai Z. sehingga alumni tersebut dibebankan dengan berbagai persoalan, beban kerja, yang di luar batas kemampuannya. Akhirnya, alumni tersebut frustasi dan stress dan masyarakat kecewa dengan prestasinya yang rendah atau di bawah standar.(Munculnya praduga masyarakat tersebut bisa disebabkan karena masyarakat tidak tahu atau karena tuntutan kebutuhan sesaat).
II. LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Lingkungan pendidikan demikian luas, meliputi : rumah tangga, pergaulan antar teman, hubungan dengan masyarakat, dan lainnya. Dengan kemajuan teknologi informasi, maka pihak orang tua dan guru tidak dapat lagi membatasi lingkungan pendidikan yang semakin luas dan semakin mendunia. Akhirnya perkembangan anak didik menajdi semakin sulit diprediksi, baik oleh gurunya maupun orang tuanya.
Lingkungan pendidikan banyak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak didik, dan akhirnya pihak guru dan orang tua/wali menjadi “kurang mengenalnya lagi” atau merasa “ada sesuatu yang berubah”, terutama pada siswa yang memiliki “kepribadian tertutup” .
A. Dampak positifnya:
1. Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya, dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
2. Dampak positif bagi masyarakat : Dengan banyaknya kelompok ilmiah remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, maka diprediksi angka kenakalan remaja akan menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.
B. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekecewaan, karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
2. Dampak negatif bagi masyarakat : Masa remaja yang sedang mecari identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain. Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut. Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi. Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.
III. KETELADANAN (PANUTAN)
Keteladanan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari pendidikan, walaupun keteladanan juga merupakan bagian dari kepemimpinan. Setiap pemimpin apapun haruslah menyadari bahwa dirinya telah jadi teladan. Seorang bapak dan seorang ibu dalam rumah tangga keduanya menjadi teladan bagi anak-anak dan keluarga mereka. Rumah tangga adalah pendidikan awal bagi anak-anak, setelah itu di usia sekolah maka keteladanan guru menjadi lebih besar pengaruhnya, lalu di masyarakat mereka melihat keteladanan para tokoh, para pemimpin, para pembesar dan demikian seterusnya.
A. Dampak positifnya:
1. Dampak positif bagi alumni : Teladan yang baik dalam tingkah laku sehari-hari dari kedua orangtua, para guru, para tokoh, para pemimpin, membuat para alumni merasa pasti dan yakin akan masa depannya, dan tidak ragu untuk mengambil keputusan yang tepat, karena pelajaran dan teori yang mereka terima ada kesesuaian dengan kenyataannya.
2. Dampak positif bagi masyarakat : Ketika para alumni tersebut berkiprah di masyarakat dan kemungkinan menjadi tokoh yang memberikan keteladanannya yang baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari, masyarakat menjadi lebih kompak, lebih bersatu, lebih bekerjasama dalam segala hal, dan akhirnya lebih memiliki daya hidup, daya saing dalam kehidupan global mendatang dan akhirnya menjadi masyarakat lebih maju.
B. Dampak negatifnya :
1. Dampak negatif bagi alumni : Siswa akan mengalami pertentangan batin jika yang dipelajarinya tidak sesuai dengan kenyataan, tidak adanya teladan yang dijadikan panutan akan membuat siswa ragu-ragu untuk berkiprah dalam menghadapi kehidupannya. Umpama : pengembangan ilmu pengetahuan menuntut suasana berdiskusi yang sehat dengan kritis dan rasional, tapi orang tua jaman dulu melarang berdiskusi dalam bentuk apapun dengan tujuan hanya untuk menghindari pertengkaran dan permusuhan. Siswa menjadi serba salah, jika berada dalam situasi ini. Kalau pertentangan batin berlangsung lama dan tidak terselesaikan, maka akan berdampak banyaknya alumni yang kurang mampu untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya ketika menjadi alumni/setelah lulus.
2. Dampak negatif bagi masyarakat : Ketiadaan alumni yang mampu bersosialisasi dalam mengamalkan ilmu dan keterampilannya, membuat masyarakat kehilangan calon tokoh yang baik, menimbulkan krisis kepemimpinan, terutama dalam bidang informal. Kepincangan ini akan berakibat rendahnya daya juang masyarakat, dan daya saing masyarakat dan berkurangnya partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan pemerintah. Akhirnya anggota masyarakat sendiri yang akan menanggung biaya tinggi dalam semua urusannya, karena pengaturan dalam segala hal tanpa social control lagi. (Dalam bidang formal terdapat pendidikan penjenjangan, seperti : Spada, Spama, Spala, Sespa, diklatpim dan lain-lain)
IV. PENGARUH PENDIDIKAN MASA KECIL
Pendidikan masa kecil mengendap di alam bawah sadar, dan mempengaruhi pola tingkah laku seseorang ketika dewasa dalam hidup bermasyarakat. Walaupun banyak yang berdampak positif dalam kehidupan pribadi kita, tapi tdiak tertutup kemungkinan yang berdampak negatif, sebagai salah satu ilustrsi untuk bahan tinjauan, adalah syair lagu “SiKancil” yang sering dinyanyikan oleh anak-anak TK/SD, sebagai berikut : (guru perlu memberikan penjelasan terlebih dahulu, untuk menghindari kemungkinan dampak negatifnya)
1. “Si Kancil anak nakal” = Jika anak-anak beranggapan kancil saja sebagai binatang yang tidak berakal bisa berkelakuan nakal, dan mungkin kenakalan itu dibenarkan. Dampaknya akan banyak calon anak nakal, calon berandalan, calon preman, calon bajingan dan lain-lain. Akibatnya guru sendiri akan sulit mengajar anak usil, nakal yang tidak ada lagi sopan santunnya, yang kurang menunjukkan minat belajar dan seolah-olah tidak punya harapan dan tidak punya hari depan. (padahal nasehat guru lainnya : anak-anak jangan nakal, jadilah anak yang penurut, turuti nasehat gurumu, berbaktilah pada orang tuamu, dan rajin-rajinlah belajar)
2. “Suka mencuri ketimun” = jika anak-anak beranggapan bahwa perbuatan mencuri bisa dijadikan hobi, selingan, kesenangan, atau kesukaan. Dampaknya akan banyak calon maling, calon pencuri, calon koruptor, calon penyerobot semua fasilitas sosial, yang tidak menghargai hak milik orang lain, hak milik Negara, hak milik orang banyak. Akibatnya penjara akan banyak diisi oleh maling, koruptor dan lainnya. (padahal nasehat guru lainnya : mencuri itu dosa, jangan dilakukan dan kalau pinjam apapun kembalikan pada pemiliknya, hargailah milik orang lain)
3. “Ayo lekas dikurung” = jika anak-anak beranggapan bahwa melakukan pengurungan maksudnya adalah penghukuman dengan segera, boleh dilakukan di luar pengadilan. Dampaknya masyarakat akan mudah menghukum, walaupun kesalahannya sangat kecil, akan banyak calon eksekutor pelaksana hukum yang tidak sah. Dan justru akan banyak pelanggaran hukum terhadap orang yang belum tentu bersalah. Akibatnya masyarakat menjadi mudah menyalahkan orang lain, mudah menghukum, mudah menjatuhkan tangan dengan segera, berakibat mudah diadu domba, mudah terjadi tawuran dan sebagainya. (padahal nasehat guru lainnya : jangan menyakiti orang lain, jangan melanggar hukum, jadilah warga Negara yang taat hukum, tegakkan azas praduga tak persalah)
4. “Jangan diberi ampun” = jika anak-anak beranggapan bahwa tidak memberi ampunan kepada yang melakukan bersalah adalah suatu kebenaran. Dampaknya masyarakat menjadi sangat kejam, salah sedikit tidak ada ampun, keliru sedikit tidak ada ampun, mengakibatkan banyaknya fitnah yang belum tentu bersalah juga dihukum. Akibatnya siapapun yang berusaha untuk “bersikap jujur dan terbuka” menjadi tidak ada artinya, sebab niat semula untuk menciptakan saling pengertian dengan bersikap “terus terang”, akan sering dianggap bersalah, dan berakhir dengan salah pengertian dan salah paham. Atau bersikap jujur sering ditanggapi dengan sikap permusuhan. (padahal nasehat gurul lainnya : jadilah orang penyayang, jadilah orang pemaaf, berkawanlah sebanyak mungkin teman dengan siapa saja, dan hilangkanlah buruk sangka)
KESIMPULAN
1. Komunikasi antara siswa-guru-orang tua/wali murid/orang tua, harus selalu terjalin dengan intensif, sebagai upaya antisipasi dini terhadap semua dampak negatif.
2. Faktor waktu memegang peranan penting, perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk suatu pendidikan harus tepat, Jika terlalu waktu singkat, maka dampak negatifnya akan jauh lebih besar dari dampak positifnya (apapun jenjangnya), tetapi jika telalu lama, masyarakat rugi, perusahaan/instansi yang menyeponsorinya juga rugi, karena menanggung biaya yang lebih besar.
3. Setiap remaja dan anak didik haruslah berusaha untuk “bersikap terbuka” dengan mau berterus terang kepada orang tuanya/walinya dan gurunya (yang dipercaya) untuk membicarakan masalah pribadinya dan mendiskusikannya, sehingga ditemukan jalan keluar sebaik-baiknya, bersikap tertutup untuk “masalah-masalah yang berat” adalah kurang tepat. Dengan ditemukannya jalan keluar terbaik, maka semua beban pikiran dan beban mental akan terasa sangat ringan (plong rasanya) dan akan mampu lebih berkonsentrasi kepada pelajaran.
SARAN
1. Kepada pemerintah (Depdiknas) dan pengelola pendidikan, hendaklah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan dan meneliti kembali penyelenggaraan pola pendidikan yang telah diselenggarakannya, agar terhindar dari dampak negatif.
2. Perlu bersikap hati-hati dan bijaksana dalam bicara dan menulis, karena hukum kejam masyarakat tidak pilih-pilih, memang tidak adil jika karena salah bicara, dengan kesalahan satu kata-dua kata, lalu dihukum berat, tapi terkadang kenyataan demikian adanya. (mungkin saja ada orang yang berusaha mencari kesalahan orang lain untuk mendapatkan keuntungan pribadinya sendiri)
3. Kepada semua anggota masyarakat dan semua pihak, mari kita ciptakan lingkungan pendidikan yang saling mendukung dengan semampu kita, agar anak-cucu kita kehidupannya menjadi lebih baik dimasa depan. – Semoga —
Komentar
Posting Komentar